Dulu ketika awal-awal memasuki bahtera PD IPM Kota Yogyakarta, Bapak Aufar kerap sekali mengiming-imingi lezatnya pertemuan antar OKP (Organisasi Kepemudaan). Atas nama IPM kami berangkat, dalam berbagai forum akan bertemu lain pribadi dengan latar belakangnya sendiri. IPNU, IPPNU, IMM, PII, HMI (meski sampai sekarang aku masih tahu yang mana, yang dimaksud, hehe), PDPM, Karang Taruna, apa lagi ya, banyak deh. Tidak terbatas agama dan daerah, yang jelas satu kota, Yogyakarta.

Lama tidak bertegur sapa, jadilah spiritku juga begitu-begitu aja. Meski sebetulnya aku tidak boleh menggantungkan semangat pada seorang sahabat, ya kan? Mati satu motivasi, tumbuh seribu lagi. Maka bersyukur sekali diperkenankan mengikuti forum bersama OKP lain lagi pada 27 Februari 2018 lalu di Balai Kota Yogyakarta, lebih tepatnya Ruang Bima Lantai 2.

Ngapain? Hehe, Sosialisasi Anti NAPZA. Boom! Apakah terdengar biasa-biasa aja? Ugh. Menurutku ini luar biasa. Hehe. Sebab apa yang kutangkap, apa yang kudapat, wow sekali, entah kapan lagi kalau bukan saat ini kutemui.

Pembicara-pembicara dalam hal ini adalah:

  1. Bapak Sapto
  2. Bapak Eko / Bro Eko (konselor, mantan pecandu yang sudah direhabilitasi di 7 negara)
  3. Mas Eddy, dkk (sahabat yang berada dalam tahap rehabilitasi)
Me, Bro Eko, Bunda Rifa (from left)

Bagian (1)

Ini disampaikan oleh pemateri pertama, Pak Sapto.

Napza sekarang mulai diselundupkan via berbagai jalan. Bahkan sampai ada yang menggunakan tubuhnya (lebih banyak yang perempuan) untuk dijadikan tempat penyelundupan Napza. Di dalam tubuhnya, sahabat. Perlu digarisbawahi. Di dalam tubuh! Nggak hanya perempuan sebetulnya, bahkan bayi juga pernah, dalam banyak kasus akhirnya si bayi meninggal dunia.

Sebuah informasi yang membuat mengelus dada juga yakni bahwa di Kota Yogyakarta pada tahun 2015 telah dinilai sebagai peringkat ke-8 penyandang konsumen Napza terbanyak. Bahkan beberapa waktu lalu di SD Jetis Harjo terdapat kasus penjualan Narkoba berwujud permen.

Bagian (2)

Keberadaan panti rehabilitasi bagi pecandu Narkoba masih dirasa kurang. Bahkan untuk Kota Yogyakarta sempat dibubarkan sebab adanya masalah administrasi di pusat. Presentasi berikut disampaikan oleh Bro Eko yang selain menjadi konselor juga memiliki panti rehabilitasi di daerah Minomartani. Satu kesan tertangkap cepat selama mengamati beliau ini. Bro Eko selalu menebarkan senyuman saat memandang orang, dan you knowlah bagiku yang baperan ini, hal begitu menjadi sangat menyentuh, hehe.

Materi beliau bergerak dari pembahasan soal NARKOBA dan NAPZA. Diriku ini orangnya pelupa, kupikir beberapa kali mendapat materi ini, hanya saja belum klop sampai akal menyimpannya secara tetap. Kuingat lagi, kubelajar lagi. NARKOBA (Narkotika, Psikotropika, Bahan Adiktif) dan NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika) yang setelah kubicarakan dengan dek Juang sepahamnya NAPZA adalah Narkotika, Psikotropika, dan Zat-zat lainnya yang salah satunya termasuk Alkohol. Menurutku, yah, mirip-mirip. Kupastikan NARKOBA merupakan bagian daripada NAPZA itu sendiri.

Kemudian beberapa diagram disampaikan untuk menunjukkan data-data. Laporan penjualan miras atau minuman keras yang disampaikan Satpol PP. Yakni dari 100 remaja, 30 % mau mencoba, 10% mencoba, 4% kecanduan, sisanya tidak tahu (atau diriku yang tidak membaca).

Wujud-wujud NAPZA :

  1. Narkotika : opium/ganja (morfin, heroin), tanaman koka (kokain), ganja
  2. Psikotropika : depresan (menurunkan saraf), stimulan (biar semangat), halusinogen, kanabis (ganja)
  3.  Alkohol : Gol A (1-5%), Gol B (5-20%), Gol C (20-50%)
  4. Zat adiktif : Sedative & hipnotika (depresan yang ada jadwal pemakaiannya), fensiklisida (pil kirik atau anjing), inhalansia dan solven (lem), nikotin (rokok), kafein

Sifat-sifat NARKOBA :

  1. Habitual –> sehingga terus memakai –> menyebabkan penyakit
  2. Adiktif –> menjadikan sakaw –> parahnya, bisa bunuh diri
  3. Membuat toleran –> kenaikan dosis –> overdosis
  4. Menjadikan mental menjadi buruk –> kebiasaan bohong-nyolong –> kriminal

Dari keempat sebab hingga akibat, pada akhirnya kesemuanya bisa berakhir pada kematian. Ya, meskipun kita tahu semua yang hidup akan mati, tapi kalau dengan NARKOBA, matinya bisa ngeri. Iya, nggak sih, sahabat?

NAPZA dapat merusak metabolisme pembuluh darah sehingga kehilangan oksigen. Hal ini menyebabkan seseorang sering terengah-engah dan emosinya tinggi. Wujud-wujud NAPZA :

  1. Makan/minum
  2. Hisap/hirup
  3. Tempel/tabur
  4. Suntik
  5. Dan inovasi lainnya mungkin wkwk

Wujud-wujud SABU :

  1. Sabu cair
  2. Blue eyes (meracuni)
  3. Madu

Beberapa topik bahasan (selipan, tidak sistematis) :

  • Banyak orang yang seharusnya bisa disembuhkan dari kecanduan narkoba. Dalam prosesnya sebaiknya memang direhabilitasi kurang lebih minimal 7 tahun. Namun banyak hakim yang memutuskan dalam beberapa perkara hanya 6-8 bulan cukup. Bisa jadi sih, sebab adegan sogok-menyogok di belakang.
  • Apa itu sakaw? Uwww, baper nih uwe. Kata Bro Eko, sakaw adalah sakit karena engkaw. Dugh.
  • Apa itu nomophobia? Nomophobia adalah over bermain handphone.
  • Fakta kece, katanya rokok bisa mengurangi umurmu 13 menit di tiap batangnya. Sedangkan senyum bisa menambah umurmu 17 menit. Nah, kalau perokok yang suka senyum? …. Jawab sendiri.

Bagian (3)

Berikut sesi cerita yang disampaikan oleh tiga orang pecandu narkoba yang masih dalam proses rehabilitasi. Mas Eddy, Mas Nugroho, dan Mas Bambang. Latar belakang mereka berbeda, macam-macam, dan membuatku ber-ohhhhh masya Allah.

Mas Eddy. Beliau adik dari salah satu direktur rumah sakit yang menganga mungkin kalau kusebutkan namanya, SMP-nya terbaik se-Kota Yogyakarta, kemudian di SMA swasta yang prestasinya juga sangat baik sekali, sempat masuk ke Jurusan Arsitek di universitas terbaik se-Kota Solo juga. Putra dari mantan rektor IAIN di akhir tahun 90-an. Beliau mengonsumsi sabu-sabu mulai SMP yang harganya rata-rata 1,1 juta (kalau ukurannya seberapa diriku kok nggak tanya ya). Kemudian beberapa pengalaman rehabilitasi beliau adalah dimasukkan ke puri nirmala (kalau tidak salah nama), kemudian di DO dari universitas pada semester ke-tujuh, masuk rehabilitasi pesantren selama 1 tahun, sakaw lagi, kemudian hingga saat ini telah 3 tahun di panti Bro Eko. Menariknya dari Mas Eddy adalah kemampuannya berbahasa asing, khususnya Bahasa Inggris dan Arab. Uww, malu uwe. Masya Allah. Barakallah Mas Eddy! Lekas membaik, stay semangat!

Mas Nugroho. Beliau kebetulan juga dari keluarga menengah ke atas. Dulu memakai putaw yang harganya kurang lebih sekitar 200-300 ribu rupiah. Ia selalu mencari uang untuk membeli putaw. Apapun dilakukan, orientasinya hanyalah mencari uang… demi putaw. Beruntunglah dia dari keluarga orang berpunya jadi tidak sampai pada tindakan mencuri uang orang lain. Sempat beliau ketika SMP direhabilitasi di Jakarta, ditangani polisi namun malah banyak mengalami tindak kekerasan. Beliau menurut catatan telah 11 kali mengikuti rehabilitasi. Semangat dan semoga lekas membaik! Barakallah Mas Nugroho!

Mas Bambang Sarean. Beliau sudah sempat menjadi mahasiswa Psikologi di salah satu universitas di Kota Yogyakarta selama 7 semester. Saat SMP telah mencoba obat-obatan dan minuman keras. Bahkan sedihnya beliau sempat didiagnosa mengalami gangguan jiwa. MasyaAllah, semangat Mas Bambang! Barakallah! Lekas membaik!

Bagian (4)

Sekadar tanya jawab sebetulnya. Kepalaku tiba-tiba terisi banyak hal, namun bibir tiada mampu bertutur. Entah, gelisah batin sepertinya sedang mendominasi. Momen begini rasanya bahagia, beruntunglah ditemani Bunda Rifa yang membantuku berjalan dan memberikan sedikit-sedikit penjelasan bagi akalku yang masih perlu diasah untuk paham soal beginian.

Okey, kenapa momen tanya jawab ini kusampaikan? Karena ada pertanyaan boom yang menarik. Hehe. Sebetulnya aku khawatir kalau kuceritakan malah nanti akan merusak momen seru pembahasan soal pematerian. Tapi menarik juga untuk disampaikan.

“Dari seluruh sahabat-sahabat yang diundang, sepertinya latar belakanganya keluarga menengah ke atas. Kalau boleh saya tanya, ini program rehabilitasinya bayar ndak ya, Bro?”

Ugh. Sangat jujur dan cerdas. Sangat berani dan pantas. Hehe. Kebetulan diriku mengenal beliau sebagai pembina SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta. Kebetulan beliau aktif di PM dan HW. Hanya setelah beberapa momen terlewat, jadi jarang mengikuti perkembangannya. Namanya Mas Zen. MasyaAllah, pertanyaan yang sehat InsyaAllah.

Berikut kemudian dijawab oleh yang punya andil, bahwa memang hal-hal yang sifatnya finansial tentu saja diperlukan, termasuk untuk mendukung sarana prasarana dalam menjalankan aktivitas bagi yang bersangkutan (sahabat yang direhabilitasi). Meskipun di samping itu ya tetap ada bantuan dari pihak-pihak luar.

Tanpa menganggap pertanyaan-pertanyaan lain tidak penting, kecuali bila dibilang sederhana dan sifatnya saran dan klarifikasi, diri ini memohon maaf sebab tidak mencatatnya banyak. Semoga bermanfaat. Sampai jumpa dalam momen-momen seru lainnya! 🙂

Yogyakarta,  28 Jumadil Akhir 1439