Siapa yang enggak tahu sosok satu ini? Waduh, kalau enggak tahu perlu dipertanyakan, hidup di negara mana ente bro? Hehehe.
Ir. Soekarno, Bung Karno, yang terkenal sekali sebagai salah satu pahlawan proklamasi. Karena pada saat hari kemerdekaan tahun 1945 beliaulah yang membacakan naskah proklamasi didampingi Bapak Hatta, atau kita kenal Bung Hatta. Yang lantas pada sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) keduanya secara aklamasi ditunjuk sebagai presiden dan wakil presiden pertama Indonesia.
Mmm, perjuangan mereka yang begitu nggetih dan ngoyo itu akhirnya sampai di puncaknya ketika naskah tersebut resmi dibacakan.
Hal lain yang paling aku hafal dari Bung Karno adalah tanggal lahirnya. Tanggal 6 Juni 1901, hehehe kok hafal banget ya? Iya, karena pernah ada kejadian dulu ketika hari ulang tahunku (4 Juni) jaman SD kalau tidak salah, adikku yang paling jago sejarah tiba-tiba bilang, “Wah 2 hari lagi Soekarno lahir mbak”. Setelah kejadian itu entah bagaimana aku jadi sangat hafal tanggal kelahiran beliau ini. Mungkin momen itu sangat membekas bagiku karena timbul rasa “malu” kalau ternyata adikku lebih tahu soal hal begituan dibanding aku sebagai kakaknya sendiri. Hehehe.
Soal peran, sosok Bung Karno ini paling jago kalau untuk masalah membangkitkan semangat. Lewat tulisannya, lewat pidatonya apalagi, selalu ganas membara tetapi tepat sasaran. Kalau boleh jujur nih ya, aku terinspirasi lho dengan Bung Karno mengenai “momen cowok terlihat ganteng” hehehe apa maksudnya nih? Iya, menurut hematku, salah satu momen terbaik laki-laki kelihatan ganteng itu ketika ia sedang berbicara di depan umum dengan begitu berani. Hahaha, maaf, maaf, jadi out of topic nih.
Tapi sebenarnya nggak terlalu out juga sih. Karena bahasan yang ingin aku garis bawahi di sini juga mengenai public speaking.
Teman-teman sudah tahu lah ya apa itu public speaking. Sebuah kemampuan yang terdengar sepele tetapi kekuatannya sebenarnya begitu besar. Sering muncul quote, “Talkless, do more” dan memang benar sih. Tetapi quote ini bukan menjadi penjunjung untuk kita menghindari belajar public speaking. Quote tersebut sekedar menegaskan agar kalau kita berbicara atau membuat janji, bukan hanya membual, tetapi betul diwujudkan dalam tindakan. Jadi jangan menghindar dari cita-cita menjadi speaker yang bagus, ok?
Tokoh yang menjadi topik kita kali ini adalah salah satu yang jago public speaking. Sering kan ada postingan yang mengutip kalimat-kalimat Bung Karno, yang selalu begitu menggugah. Pidatonya yang sudah berpuluh tahun lalu, kata-katanya yang telah lama terpungkur, ternyata masih membekas dan masih memiliki jiwa. Bahkan meskipun si penyampai telah berpulang, tetapi hal yang disampaikan masih hidup di hati orang banyak. Tentu saja bisa jadi ini tergolong ilmu yang manfaat.
Ilmu manfaat? Aku selipkan sesuatu ya. Hehehe. Mungkin teman-teman pernah dengar dalam sebuah riwayat hadits mengatakan, bahwa salah satu amalan yang dapat terus mengalir pahalanya meskipun si fulan telah meninggal ialah ilmu yang disampaikannya semasa hidup dan bermanfaat untuk kebaikan orang lain. Wah, jadi bisa nih buat investasi di akhirat. Hehehe.
Kemampuan Bung Karno menguasai audiensnya adalah sesuatu yang luar biasa dan baik untuk dijadikan motivasi. Lihat saja, betapa besar pengaruhnya untuk Indonesia. Munculnya kata “pancasila” itu misalnya. Aku yakin teman-teman sudah berkali-kali mendengar kisah pertama kali munculnya kata Pancasila di buku sejarah maupun PKN. Iya kan? Dalam sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang pertama, Soekarno menyampaikan usulan mengenai rumusan dasar negara sekaligus mengusulkan nama ‘Pancasila’. Nah kalau saja, waktu itu Bung Karno malu menyampaikan pendapat, bisa jadi nggak muncul nama Pancasila itu. Atau misalnya Bung Karno ragu-ragu ketika menyampaikan, yah bisa jadi peserta sidang juga ikut ragu untuk menyetujuinya. Tetapi ternyata, Bung Karno berhasil meyakinkan usulnya itu sehingga diterima oleh peserta sidang. Ini salah satu yang menunjukkan kuatnya pengaruh kemampuan bicara di depan umum.
Perlu kita tahu, public speaking itu nggak sekedar bicara di depan umum. Kalau hanya begitu, nanti yang kita bayangkan ya cuma bapak-bapak kenek bus atau penjual kelontong begituan. Public speaking adalah soal menggenggam, merangkul, dan mengontrol. Seorang speaker tentulah akan mengemukakan sesuatu, menyampaikan “materi”, memberi ilmu atau pengetahuan. Dalam penyampaiannya, ia perlu yang namanya menggenggam topik. Apa yang akan kita bahas? Pertanyaan ini sudah harus diikat di kepala kita, sudah perlu digenggam, supaya nanti tidak kelupaan atau kocar-kacir.
Sekarang, penting juga ketika speaker memberi materi, ia dapat merangkul seluruh audiens supaya mau mendengarkannya. Meskipun audiensnya berjuta-juta lebih, bagaimana caranya seantero ruang audiens itu menerima apa yang kita sampaikan? Inilah yang namanya belajar “merangkul” supaya pikiran orang-orang tetap berkonsentrasi ke pokok materi. Nah, untuk mengontrol.. ini adalah proses pembelajaran. Tentang bagaimana mengontrol emosi, mengatur nafas dan sebagainya, termasuk juga mengontrol susunan materi agar menjadi sistematis sehingga mudah dicerna. Tetapi memang sebenarnya menjadi public speaker adalah perjalanan, dari proses belajar, bukan ujuk-ujuk langsung jadi pandai bicara, ya enggak.
Keberanian adalah langkah awal. Iya, kan?
Sudah tadi aku sisipkan cerita mengenai inspirasi dari Bung Karno, laki-laki itu ganteng kalau berani bicara di depan umum. Nah yang digarisbawahi itu “berani”-nya, asal sudah berani saja, entar Insya Allah muncul deh gantengnya. Hahaha.
Semoga semangat positif pahlawan proklamasi kita ini bisa ditularkan ke “bung-bung kecil” para generasi muda harapan bangsa dan hidup di dalam jiwanya! Tetap berusaha menjadi manusia unggul dan menolak untuk malas produktif! Terima kasih, Bung!