1 Juni 2013
Siang yang cukup panas, pelajaran sekolah baru saja selesai. Yuda, Didi, dan beberapa teman mereka sedang keluar dari kelas 11-B ketika Yuda merasakan handphone-nya bergetar. Pesan pendek terpampang di layar handphone-nya.
            ‘Halo, lagi sibuk ya?’
            “Hayo, inget perjanjian kamu ya? Jangan dibales,” sebuah suara mengagetkan dari balik punggung Yuda, yang ternyata suara Didi. Pada akhirnya pesan itu terabaikan begitu saja.
~~~
            Sepulang dari sekolah, di rumahnya, Karin terus gelisah. Sedari tadi ia menunggu balasan sms dari Yuda, namun sedari tadi pula inboxnya kosong. Dia mulai tidak tahan lagi. Apakah anak SMA sesibuk ini? Dan sekali lagi Karin mengirim pesan yang sama kepada Yuda, dan sekali lagi terabaikan. Sebenarnya Karin merasa sudah hampir satu minggu ini, Yuda seperti menjauhinya. Karena begitu sangat kesal, Karin memutuskan untuk berbaring sebentar di kasurnya yang empuk ketika tiba-tiba handphonenya bergetar. Senyum yang merekah di wajahnya.. seakan hanyut begitu menatap pesan itu dari Didisahabat Yuda, kekasihnya itu.
            ‘Sorry pulsaku habis,ini pake no Didi. Aku lg gk sibuk kok. Yuda’
            Pesan itu seakan membuat hati Karin bahagia, tadinya ia berfikir Yuda takkan membalas pesannya.
            ‘Iya,gk papa. Bsk minggu bisa jalan?’
            ‘Sori,aku mau ngerjain tugas kelompok di rumah didi bsk.’
            ‘Ok,gpp kalo km masih sibuk’
            Tidak ada jawaban. Karin kembali murung.
~~~
2 Juni 2013
Esok paginya, di Minggu yang menyegarkan, Karin memutuskan untuk pergi ke rumah Didi. Setidaknya ia bisa menemani kekasihnya mengerjakan tugas. Jarak rumah Karin ke rumah Didi tidak begitu jauh, hanya sekitar 2 km saja. Sampai di halaman depan rumah Didi, Karin masuk pagar dan mengetuk pintu rumah tersebut. Rumah itu tidak terasa asing bagi Karin, karena dia sering mengunjungi Didi bersama Yuda―ketika ia dan Yuda masih sering jalan bersama.
            Kedua kalinya Karin mengetuk, masih tidak ada jawaban.
            Dan sebelum Karin membuat ketukan ketiga, pintu itu terbuka. Seorang lelaki berkacamata dengan kaos oblong dan celana pendek kotak-kotak berada di belakang pintu. Rupanya sangat mirip, bahkan sama dengan Didi, hanya saja ia memakai kacamata dan terlihat lebih muda. Sambil tersenyum, lelaki tersebut bertanya, “Mbak Karin? Lama nggak ke sini? Ada apa?”
            “Budi ya? Ampun, kamu makin mirip aja sama kakakmu. Gini lho, katanya Yuda sama Didi mau ngerjain tugas kelompok di sini, jadi aku mau nemenin mereka. Hehehe.”
            “Ngerjain tugas, Mbak? Apa mungkin kak Didi lupa ya kalau dia mau ngerjain tugas kelompok hari ini?”
            “Loh, emang kenapa?”
            “Hari ini, kak Didi kan lagi ada acara reunian di SMP-nya. Dan dia sama sekali nggak nyebutin mau ngerjain tugas kelompok.”
            “Em gitu ya? Ya mungkin kakakmu lupa. Boleh aku tunggu kakakmu pulang, siapa tau juga nanti Yuda ke sini?”
            “Oh, nggak papa kak. Tunggu di dalem aja, yuk.”
            15 menit. 30 menit. 45 menit. Jarum jam terus berputar, tapi Didi belum pulang juga. Bahkan Yuda sama sekali tidak terlihat tanda-tanda kedatangannya.
            “Assalamualaikum,” suara dari balik pintu membuat Karin menoleh. Saat pintu dibuka, Didi telah berdiri dan menatapnya, “Karin?”
            “Di, iya. Kamu jadi kerja kelompok kan sama Yuda? Tapi kok Yuda nggak dateng-dateng ya?”
            “Eh, itu. Em gini. Eeh jadi.. Gini. Yuda ada acara lain, dan aku juga ada acara hari ini. Jadi kita tunda kerja kelompoknya. Kamu ke sini buat nemuin Yuda, ya?”
            “Oh. Iya,” suara Karin melemah, hampir tak terdengar.
            “Em, kamu mau minum, aku ambilin ya?” Tanpa menunggu jawaban Didi langsung pergi ke dapur meninggalkan tas dan handphone-nya di samping sofa yang diduduki Karin. Tiba-tiba handphone Didi bergetar.
            New message from Yuda, Karin segera membuka pesan yang terpampang di hp itu.
            Bro, gue boring nih di rmh. Lo ke rmh gue gih
            Boring? Di rumah? Bukannya… kata Didi dia ada acara?
            Seketika itu Karin menatap langkah Didi mendekatinya. “Karin? Kamu..?”
            “Kamu bohong soal Yuda ada acara kan?”
            “Rin, ituu..”
            “Jawab aku Di, apa bener hari ini kamu sama Yuda ada kerja kelompok?”
            “Karin. Sebenarnyaa..”
            “Jawab!!,” Karin mulai tidak tahan dengan kebohongan yang disembunyikan Didi.
            “Maafin aku Rin, aku nggak bisa ngomong ke kamu,” Tanpa berkata apapun Karin langsung meninggalkan rumah Didi.
~~~
            3 Juni 2013
Di SMP Keren Banget, setelah pulang sekolah, hujan turun amat deras. Banyak murid yang akhirnya memutuskan menunggu hujan reda, termasuk Karin. Ia yang harus pulang berjalan kaki, tentunya harus menunggu. Di antara air yang berjatuhan itu. Sesosok lelaki berpakaian seragam putih abu-abu berlari-lari membawa payung, mendekati Karin yang menatap kosong pada hujan.
“Butuh tumpangan, Mbak?”
“Yud-Yuda? Kamu ngapain di sini?,” Karin menatap kekasihnya itu, bahagia sekaligus heran dan takjub.
“Nganter kamu pulang”
“Kamu nggak sibuk?,” seru Karin dengan nada menggoda.
“Maaf ya. Kamu pasti kesel karna seminggu ini kita nggak pernah ada kontak. Asal tau aja, aku lagi di hukum tau nggak?”
“dihukum?”
“Seminggu yang lalu kelasku baru main TOD (Turth Or Dare), cara mainnya kalau kita pilih Truth kita suruh jujur sama apa yang ditanyain penantang. Nah kalau kita pilih Dare kita harus berani nglakuin apa yang diminta. Dan kemarin aku milih Dare, sialnya, aku disuruh ngejauhin kamu selama satu minggu. Sumpah, itu kaya di neraka.”
“Yudaaa… Aku kangen sama kamu…,” Tubuh Karin seketika merangkul tubuh Yuda ditengah hujan lebat itu.. “Terus, kenapa Didi sms aku?”
“Sebenernya, itu aku yang sms. Tapi aku bohong. Juju raja, hpku ada pulsa, emang kapan sih aku kere, tapi kan aku lagi nglaksanain Dare, so nggak boleh kontak sama kamu. Tapi aku mohon-mohon sama Didi buat minjem Handphonenya, supaya aku bisa sms kamu. Dan waktu kamu ngajakin jalan, aku nolak, kan aku harus nglaksanain Dare itu.”
“Dan aku dikacangin selama satu minggu, rasanya kaya ada didalem toples hampa udara,” Karin berseru dengan muka manyun.
“Hidup punya banyak rasa,” Yuda tersenyum menatap Karin.