Kadang orang berfikir untuk banyak menghabiskan waktu untuk bersenang-senang.

Tentu saja aku juga mau bisa merasakan rasa senang dan kegembiraan. Tapi aku adalah lelaki berbeda, bukan sepenuhnya termasuk orang-orang yang berpikiran begitu.
Umurku 18 tahun dan aku tampan.
Hei, jangan kamu kira aku ini sombong atau bagaimana, tapi berdasarkan fakta memang begitu dan kamu tentu tidak akan berkutik untuk menyanggahnya bila kita benar-benar bertemu. Sekali lagi, aku juga ingin meraih kesenangan.
Di dunia ini, semenjak masuk sekolah menengah pertama aku belajar banyak kisah anak-anak lain. Kisahnya bermacam-macam, dari mereka yang begitu tertutup dan tidak mau berteman maupun sangat terbuka hingga aku berpikir sepertinya bisa mengetahui segalanya tentang mereka. Tipikal orang-orang yang tertutup itu cenderung lebih memiliki hobi tersendiri, dan mereka bergabung bersama teman-teman setipe juga karena ikatan hobi tersebut, itu biasanya. Sedangkan mereka yang terbuka, kebanyakan adalah anak-anak yang punya andil besar terhadap kegiatan-kegiatan siswa di sekolah. Punya daya tarik tersendiri yang membuatnya jadi teman idaman atau minimal sekedar famous di sekolah.
Aku ada di kubu yang mana? Entahlah, aku tidak yakin.
Ketika beberapa tahun lalu aku mulai mengenal bau masa SMA, di sini ternyata aku jauh lebih banyak lagi melihat kisah yang beraneka ragam. Cerita-cerita tak terduga dari orang-orang yang karakternya tak karuan, membuatku sering menganga jika melihat banyak fakta di tingkat ini.
Orang-orang yang tertutup-terbuka tadi aku temukan masih mengalami berbagai percabangan sifat, yang membuatku kebingungan bagaimana menjelaskan klasifikasi sifat mereka.
Teman-temanku adalah orang yang cukup menyenangkan, dan aku tahu harapan kita juga sama: menghabiskan waktu dengan bersenang-senang. Em, bagaimana cara mereka melakukannya? Jujur saja itu sedikit berbeda denganku, atau mungkin berbeda sama sekali.
Mereka adalah para lelaki yang nampaknya jauh lebih cepat jatuh cinta dibanding aku, mereka begitu mudah menikmati kesenangannya dengan gadis-gadis yang berlalu lintas di kisah mereka. Itu awalnya yang aku pikirkan tentang teman-temanku. Tetapi saat ini aku bisa mengatakan bahwa mereka “terlalu cepat menyimpulkan perasaannya sebagai cinta” karena mungkin terburu-buru mengejar kesenangan itu.
Sungguh, aku tidak tahu ada di bagian manakah aku seharusnya hidup? Bagaimana aku harus bersenang-senang? Seperti mereka? Langkahku sepertinya belum sampai ke sana.
Meskipun kadang aku tergoda. Betapa tidak. Laki-laki itu tiap harinya melemparkan kalimat-kalimat mesra kepada gadis yang sedang disukainya dan mendapatkan balasan yang menurutku itu mampu meruntuhkan seluruh hati pria menjadi keping-keping yang ganas. Sungguh itu membahagiakan, dan aku ingin mencobanya juga, mungkin pada seseorang yang sempat sekali dua kali mencuri pandanganku.
Memang sih aku punya modal tampan yang bisa aku gunakan.
Juga cukup banyak gadis yang tergila-gila padaku, aku tahu itu dari temanku.
Menyenangkan bukan rasanya memiliki kehangatan dalam hubungan?
Tetapi sebelum itu semua, aku menyadari bahwa di umurku yang 18 tahun ini, hal itu bukanlah sebuah kebahagiaan yang haq. Rasanya seperti aku ingin mengatakan “untuk apa aku melakukannya?” sepertinya itu hanya akan sia-sia, kebahagiaanku akan cepat lenyap.
Aku hanya ingin mencari cara yang berbeda. Bukan semata-mata seperti “menghabiskan waktu luang dengan bersenang-senang” tetapi “memanfaatkan waktu luang untuk meraih kesenangan dan kebahagiaan” cukup itu.
Jadi, inilah aku.
Tentu saja aku ingin ikut mengejar rasa senang dan gembira, tapi aku ingin yang tidak hanya semata-mata memuaskan hatiku untuk sementara. Yang terkadang bisa jadi malah menjatuhkanku ketika aku patah hati, ketika perasaanku mungkin bertepuk sebelah tangan, ketika ternyata aku dihianati, atau ketika secara tidak sengaja aku menyakitinya, semua itu adalah kemungkinan yang besar bisa aku hadapi. Juga tentu saja dapat menghancurkan kesenanganku yang aku idam-idamkan.
Aku tidak suka lelaki penggombal. Apalagi yang langsung secara gamblang mengungkapkan perasaannya dengan sejumlah kalimat menggoda dan syahdu, tetapi sayangnya dilahirkan dari perasaan dangkal yang belum melalui proses pemikiran logika.
Betul sekali, aku ini sedang pubertas.
Tapi bukan berarti aku ingin main-main dengan kalimat “I love you” atau semacamnya yang seharusnya aku jaga baik-baik untuk orang special yang akan memperlihatkanku kebahagiaan sesungguhnya. Kebahagiaan yang sudah digariskan Tuhan untuk aku dapatkan melalui cintanya.
Soal bagaimana caraku mencapai rasa kebahagiaan yang aku idam-idamkan itu, tentu saja membuat kalian semua penasaran. Aku memang memilih suatu keputusan, yang jelas berbeda dengan teman-temanku.
Jadi, untuk menghabiskan waktuku ini dalam meraih kebahagiaan aku lebih membutuhkan sesuatu yang bermanfaat. Sesuatu yang rasa bahagianya bisa aku maknai hingga lama, dan sebagai pelajar sekaligus pemuda aku begitu paham yang ingin kulakukan.
Semangat belajar dan terus berkarya!

Siswa tampan 18 tahun
(cari sendiri kalau mau tahu)