Saya ingat malam itu.

Ugh, tumben ya pakai ‘saya’? Hehe, lagi pengen. Soalnya saya bisa jadi sayang kalau ditambah ng. Muehehe, ya, kira-kira alasannya biar saya tambah disayang. (tolong jangan dihujat)

Ya sudah, intinya saya tiba-tiba ingat malam itu. Pertama, mungkin dari sedari lama diri saya sudah dilanda gundah atas kurangnya produktivitas di masa liburan. Kedua, pun karena ada seorang sahabat yang memicu saya untuk ingat. Hehe.

 

Sahabat Vivian
Sahabat Dias

Jadi, dari akhir Ramadhan di mana kegiatan siang sudah mulai berkurang lantaran libur panjang, saya malah makin merasa kacau memanfaatkan pagi. Aktivitas isinya tidur sepanjang hari. Sepenuh hati sesak rasanya, tetapi tidak betul-betul ada upaya yang saya lakukan secara serius untuk menghilangkan kebiasaan itu. Beberapa kali hanya memohon ibu memaksa diri barang sebentar mengajak saya turut ke pasar menemani, tapi beberapa kali juga saya kecewakan beliau dengan kemalasan. Emang ya, saya ini. Kalau saya jadi Ibu, sudah pasti tidak sabar dan geregetan. Tapi, siapa yang kita bicarakan? Ibu saya yang sabarna begitu lapang tiada duanya. Kadang susah membedakan beliau dengan bidadari surga. (memang sedikit gombal, kalau-kalau beliau membaca ini kan siapa tahu isi dompet saya dipertebal, hehe)

Intinya sudah besar keinginan saya untuk punya garapan. Dan, keluar dari kurungan hasrat untuk ngebo bisa saya temukan dengan berkegiatan. Saya harus keluar!

Lalu, baru saja tadi untuk beberapa lama saya menikmati obrolan virtual dengan Sahabat Dias yang sering sekali secara nggak terduga mencipta spirit untuk bangkit. Tiba-tiba ia mengungkapkan rasa mengkal hendak piknik tapi miskin ide soal tujuannya. Pun, tanpa bisa saya rem, keluar juga keinginan yang sama. Butuh ke mana demi menumbuhkan produktivitas. Di sinilah saya ingat betul malam itu.

Saat itu sedang berlangsung agenda KONPIDA IPM Kota Yogyakarta. Apa itu? Konferensi Pimpinan Daerah IPM Kota Yogyakarta.

Singkat cerita pelaksanaannya di SMP Muhi (Muhammadiyah 1 Yogyakarta) selama dua hari satu malam. Pesertanya adalah pelajar-pelajar IPM se-Yogyakarta. Nah, sebagaimana pernah saya ceritakan dalam tulisan “KORAN 2: Menjaga Hubungan” malam itu sebetulnya terdapat masalah antara saya dan salah seorang sahabat. Jadilah waktu saya lebih banyak dihabiskan dengan obrolan bersama beberapa sahabat di luar forum. Awalnya sekadar saya dan teman-teman dari SMP Muhi sendiri. Selanjutnya terlibat juga ada sahabat Vivian Valentina yang malam itu tercurah banyak hal bersamanya.

Hehe, maaf ya intronya berlarut-larut. Kadang saya mau cerita ke inti, pikirannya adalah memastikan terlebih dahulu para pendengar paham segala kondisi baik dari kegiatannya apa dan siapa yang membersamai. Muehehe.

Jadi, malam itu ditemukanlah bahwa jumlah konsumsi yang ada di sana terlalu berlebih. Ndak cukup kalau dihabiskan oleh seluruh peserta di situ. Dan akan sangat mubadzir bila ndak ada yang menghabiskan. Sehingga salah seorang sahabat dari SMP Muhi berinisiatif untuk mengajak teman lainnya berkeleling membagikan makanan kecil yang ada. Sungguh baik, ditariknya hati saya yang sedang lemah punya asa supaya malam itu lebih merasa.

Malam itu berangkatlah empat manusia. Dua bocah laki-laki dari SMP Muhi berboncengan. Juga, saya yang kebetulan belum ada suami untuk memboncengkan, akhirnya berbarengan dengan Vivian. Hehe. Saya ingat sekali itu sudah begitu malam. Tapi saya yakin kalau langsung tidur, perasaan saya akan tetap penuh sesak dan gelisah. Perjalanan malam itu yang saya ingat baru selesai kira-kira pukul 02.00 WIB benar-benar mencipta warna-warni di atas langit yang hitam gelap.

Saya jadi tahu jalanan, area SMP Muhi, PKU Muhammadiyah, daerah Ngupasan, alun-alun utara khususnya saat malam. Baru saya ketahui juga bila di sana yang biasanya saya ketahui cuma jadi tempat bercintanya muda-mudi kalau malam hari, ternyata lebih dari itu saya temui gerombolan teman-teman muda yang asyik nongkrong disanding jajaran motor-motor besar. Gemetar saya dibuatnya. Setiap kumpulan punya bendera bertorehkan nama grup masing-masing. Ternyata, begini adanya malam hari. Sedikit saya rasakan ngeri. Tapi, saya betul-betul menikmati suasananya. Dari banyaknya pribadi di sana, beberapa terjaga untuk menuai kesempatan-kesempatan mendapat penghasilan. Lewat menjajakan jasa becak maupun memarkiran kendaraan. Adalah juga yang sedang tidur di emperan, di kendaraan, di atas papan, di mushola setempat, di teras kantor-kantor tua, dan sebagainya.

Entah cerita apa yang disimpan oleh kesemua yang berada di sana. Ada yang bermasalah seperti saya tentunya, pun ada juga yang hatinya mungkin sedang berbunga-bunga. Betapa indahnya.

Saya merasakan panjangnya malam itu. Meskipun cuma berempat, tapi saya paham betapa di sana saya tidak sendirian. Semua orang senang merasakan apa yang saya rasakan sekarang. Semua orang membuat cerita malam itu dengan caranya masing-masing, Roqib dan Atid membantu menuliskannya. Aduhai, saya betul-betul merasa begitu saya malam itu.

Dan tentu saja, mengatakan ‘saya ingat malam itu’ bukan cuma-cuma ingat. Tapi juga rindu. Betul katanya, bahwa yang paling mencipta bahagia di dalam hati adalah saat kita menyadari hadirnya diri di sini adalah untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat. Bagi diri, bagi orang lain.

Semoga ingatan itu bisa saya tuai lagi di pengalaman-pengalam yang baru.

Yogyakarta, 6 Syawal 1439