Ulang tahun adalah hal paling menyedihkan bagiku ketika aku hanya memilih sibuk menghitung berapa jumlah ucapan yang disampaikan padaku. Akan membuat tersiksa jika aku hanya fokus melempar perhatian pada siapa sahabat dekat yang belum memberi ucapan selamat.

 

Di hari ulang tahunku, sudah kuniatkan untuk tidak mengumbar kabar ulang tahun atau semacamnya. Bukan karena tidak menghargai sahabat-sahabat yang sudah memberi ucapan. Justru rasa syukur dan sayang tersampaikan atas mereka—yang kudoakan semoga selalu diberikan lindungan dan kebaikan-Nya, karena banyak pesan dan nasehat yang disampaikan. Selain itu, setiap peristiwa pada dasarnya cukup untuk dimaknai, bukan? Tidak selalu untuk dirayakan.

 

 

Semakin menemui pengalaman baru dan berada di usia kepala dua, hari-hari isinya ‘daftar hal yang harus segera diselesaikan’ yang makin diselesaikan makin banyak jumlahnya. Aku kadang tiba-tiba gelisah sendiri kebingungan, mana yang harus duluan dikerjakan. Cemas, gemasss. Menjauhkan diri dari ponsel dan mencoba menenangkan isi kepala adalah yang akhirnya kulakukan pertama.

 

Dan satu pertanyaan kemudian datang untuk kemudian kuizinkan mencuri segala perhatianku. “Untuk apa sih semua ini, Ahimsa?”

 

Kata seorang tokoh di film Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini, “Mungkin kita tidak bisa mengubah arah mata angin, tapi kita bisa mengatur arah layar.” Banyak hal yang terjadi dan kadang menggelisahkan, semua mendesakku untuk segera berbuat sesuatu, tetapi apa yang pada akhirnya kulakukan dan kemana tujuanku, itu keputusanku.

 

Ada lagu yang kerap sekali dilantunkan olehku dan adik-adikku, “Sepohon kayu daunnya rimbun. Lebat bunganya serta buahnya. Walaupun hidup seribu tahun kalau tak sembahyang apa gunanya~”

 

Lagu yang liriknya mungkin umum terdengar. Tapi entah kenapa tetep aja sering lupa pesannya.

 

Aku memikirkan hal-hal yang ingin kulakukan. Untuk apa, kenapa, demi apa. Dan mencoba untuk mengembalikannya pada sumbu itu: sembahyang.

 

Bukan hal yang mudah tentu saja dan kadang tidak selesai dalam satu kali duduk atau berbaring. Tapi mengingat lagi, menguatkan tekad lagi, dan kuulang-ulangi. Sembahyang, sembahyang. Karena Allah, karena Allah.

 

Begitupun momen ulang tahun ini, aku hanya melaluinya sambil menyenandungkan lagu tadi. Supaya ingat, supaya lekat.

 

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” QS Adz-Dzariyat : 56

 

Yogyakarta, 24 Syawal 1441