Aku punya cerita, ini pengalaman pribadi yang sedikit dibumbui kebohongan. Sedikit lol dan memalukan. Cerita ini berawal dari sebuah panggilan.
        Waktu itu aku barusan aja pulang sekolah. Kalian bisa aja nebak apa yang aku lakukan saat sampai di rumah: melemparkan diri ke kasur. Baru saja sekejap menutup mata tiba-tiba handphoneku bergetar dan berdering telulit telulit kayanya gitu bunyinya. Eh bukan ding, kayanya sih bing bing bing. Eh bukan juga, ternyata barusan tak cek hapeku cuma geter doang, gak berdering…..
        Reflek aku langsung ngambil handphoneku dan ngecek, sebuah panggilan dari temenku, Tutut namanya. Begitu ku pejet tombol hijau, langsung suara-teriakannya-Tutut-yang-saling-sambung-menyambung-menjadi-satu menerobos lewat handphonenya menyusuri angkasa raya sampai di satelit dan meluncur bagai anak panah keluar dari handphoneku, membuat otakku sedikit terangsang untuk bangun.
        “Heh…stop…pelan-pelan!” kataku sedikit membentak.
        “Hpnya Sekar dimana? Tadi tak bawa, terus tak kasih Dina, tapi sekarang kok dah gak ada?”
        “Haaaa? Dari tadi kan aku gak bawa, kok nanya ke aku?” gak ada angin gak ada hujan, tiba-tiba aku ditanyain begitu, padahal megang handphonenya si Sekar hari itu aja enggak.
        “Ya kamu tanyain Sekar, dia dah bawa hpnya atau belum….”
        Dengan muka-bingung-dicampur-kesal yang tidak mungkin dilihat oleh Tutut, akhirnya aku menjawab, “Iya-iya bentaaaar….”

        Panggilan berakhir.

        Aku mulai mencari sebuah nama di kontakku: Sekar. Sial, banyak sekali nama Sekar. Aku baru ingat jika aku mengenal banyak sekali Sekar. Tapi aku tau Sekar mana yang harus ku hubungi: Sekar Langit. Nada panggil. Beberapa detik kemudian terdengar suara perempuan, maaf nomor yang anda hubungi sedang sibuk cobalah beberapa saat lagi. Nada panggil kedua. Jawabannya masih sama. Nada panggil ketiga. Jawabannya masih tidak berubah. Aku mulai mengernyitkan dahi dan mencari nama lain: Ibu Sekar. Nah ketemu! Memulai nada panggil….
        “Haloooo?” kata suara di seberang.
        “Ya tante. Ini Wardah. Tan, handphonenya Sekar dibawa Sekar gak ya? Tadi ada yang bilang kalau handphonennya hilang.”
        “Haa?” diam beberapa detik. “Oya wardah, makasih ya. Ini sekar baru mau dijemput kok.”
        “Oh iya tante, sama-sama.”

        Telepon ditutup.

        Aku menggigit bibir. Meskipun bukan handphoneku tapi entah mengapa aku ikut khawatir. Aku sedikit lega sudah bisa menghubungi ibunya Sekar, meski belum tau dimana handphone Sekar sebenarnya. Lalu aku mencoba mengirim pesan ke Sekar. Beberapa menit, cukup lama juga, akhirnya pesan itu dibalas.

        Hpku udah dibalikin Reza kok yung.

       Lega. Huftt… Aku membalas pesan itu dengan kata-kata syukur dan begitulah, tidak terlalu ingat. Beberapa saat kemudian, sebuah sms lain masuk. Dari nomor berbeda meski sama-sama Sekar, ini Sekar yang lain. Keningku kembali berkerut saat membacanya…..

       War kamu salah, tadi yang kamu telepon ibuku. Hpnya Sekar Langit ilang po?

       Setelah itu……kalian bisa membayangkan betapa malunya aku. Bayangkan betapa aku merasa “duh ewwh…..mau ditaruh mana muka gue….”