Salam hangat untuk sahabat para pejuang! Apapun yang sedang diperjuangkan. Mungkin sebuah komunitas yang visioner tapi isi orangnya suka hilang-hilang, mungkin kajian rutin yang inspiring sepi peminat, mungkin sebuah platform yang sarat pesan kebaikan tapi serat peningkatan konsumennya. Apapun itu.

Tidak apa. Sangat tidak apa-apa.

Bukankah nilai kebermanfaatan tidak bisa diukur hanya dengan sekadar angka?

Siapa tahu ada acara komunitas yang memantik ide-ide baik orang-orang di luar sana. Siapa tahu ada materi kajian yang begitu membekas pada salah satu jamaah dan menggerakkannya melakukan hal baik yang besar. Siapa tahu ada salah satu postingan kita di instagram yang menimbulkan senyum di wajah seseorang yang kita tidak tahu. Kan, siapa tahu. Kita tidak tahu.

Karena itu, aku di sini, berharap padamu. Teruslah berjuang! Jangan menyerah! Selama kamu ketahui itu adalah hal baik dan benar. Jangan sekalipun menyerah!

Mungkin tidak untuk hari ini manfaat kebaikannya akan tampak. Mungkin besok lusa, mungkin seminggu lagi, mungkin beberapa bulan lagi, mungkin tahun depan, mungkin beberapa tahun lagi, mungkin satu dekade lagi, mungkin… mungkin juga di saat kita sudah tidak punya kesempatan melihat buah kebaikan itu.

Tapi, bukan masalah. Bukankah nilai kebermanfaatan tidaklah untuk memuaskan diri kita seorang? Melainkan hanya untuk kebermanfaatan itu sendiri.

Seorang tokoh yang belakangan sering menjadi sorotan anak muda untuk belajar filsafat secara mudah tapi tetap wah, Pak Fachruddin Faiz namanya. Beliau dosen UIN Sunan Kalijaga dan kebetulan pada satu momen menjadi pengisi dalam acara podcast di museum tempatku belajar, Museum Dewantara Kirti Griya. Berikut podcastnya.

Seusai sesi take video, kami mengobrol beberapa hal. Salah satu yang menjadi nasehatnya adalah tetap istiqomah dalam apapun yang diperjuangkan. Acara yang kelihatannya kecil-kecilan, tetap diadakan, walaupun jamaahnya sedikit dalam hitungan, tetaplah dikembangkan. Kira-kira begitu pesan beliau. Sebagaimana beliau mencontohkan acara #NgajiFilsafat yang diisi oleh beliau sejak lama di Masjid Colombo. Dulu di awal hanya ada 3-5 jamaah tiap acara, tetapi sekarang wah meluber sampai luar masjidnya. Pun mereka dari berbagai latar belakang hadirnya. Saat pandemi, kajian Pak Faiz juga sangat diharap-harap adanya. Tapi tetap poin Pak Faiz, yang paling penting adalah menjaga semangat belajarnya, bukan kuantitas jamaahnya.

Meski terlihat kecil apa yang sedang kita perjuangkan, tidak masalah. Betul, bahwa apa yang kurang perlu diperbaiki, apa yang menjadi evaluasi perlu menjadi bahan refleksi. Tapi sekali lagi, itu untuk kebermanfaatan.

Apapun hal baik yang sedang kamu perjuangkan, aku mendukungmu, banyak orang yang mengharapkanmu. Jadi, tetaplah berjuang!

Semangat

Yogyakarta, 11 Rabiul Akhir 1442